Selasa, 28 Januari 2020
[CAREER] Berawal Dari Sebuah Janji
BERAWAL DARI SEBUAH JANJI
Aku lupa
pastinya karirku berawal dari mana, yang ku ingat ketika dahulu antara tahun
2013/2014, selagi belajar aku pernah mendaftar bekerja part time disebuah
production house di kota tersebut. Aku yang tidak memiliki pengalaman dalam
bekerja sedikitpun dan seseorang introvert, sudah dipastikan tidak diterima. Tapi
dari sana aku belajar sesuatu bahwa di dunia kerja, skil itu yang utama dan
nilai entahlah tidak begitu penting. Dari situ aku tau, ketika wawancara, sama
sekali transkip nilai ku tidak di lirik sama sekali, dan langsung ditanya
tentang skil yang aku punya.
Dahulu, sebelum
aku memutuskan untuk terjun di dunia pekerjaanku seperti sekarang ini. Yang ku ingat sekarang semuanya itu berawal dari sini, dari sebuah janji.
Di Tahun 2014
lalu, ketika waktu itu aku mengalami kecelakaan motor. Menurutku sih kecelakaan
terparah yang pernah ku alami diwaktu itu. Malam itu, ku masih teringat
perasaan itu, perasaaan sepi se sepi - sepinya. Tapi bukan waktu itu janji itu
ku ucapkan.
Setelah itu,
setelah sehat aku pulang ke rumah. Dan akhirnya matorku dulu, yang sudah lebih
dari 1 kali kecelakaan ketika ku kendarai, di jual dan di tukar dengan motor
yang hingga sekarang ini ku pakai. Dan inilah awal mula kisah cerita
pekerjaanku ini bermula.
Setelah ku
kembali merantau, aku lupa di hari apa dan tanggal berpa janji itu ku buat.
Yang pasti itu 1
hari setelah aku registerkan/ daftarkan seleksi itu untuk abangku. Iya awalnya
emang aku tidak berniat sama sekali menjadi seperti ini. Jadi aku hanya
daftarkan untuk abangku saja.
Tetapi 1 hari
setelah ku daftar untuk abangku, aku daftar juga seleksi tersebut. Sebenarnya
aneh, karena selama 21 tahun sejujurnya aku benci pekerjaan ini, benci menjadi
seperti ini. Tapi hari itu aku seperti mendapat hidayah ataupun apa itu namanya.
Dan ketika 2 tahun berlalu, aku baru benar – benar merasakan bahwa Allah benar-benar
bisa merubah hati dan pikiran manusia, itulah yang aku rasakan. Bahwa di hari
itu, hari aku daftar, seperti hati ini tergerak untuk mendaftar.
Dan selain hati
ini tergerak, pikiran pun seperti di rubah. Di hari itu aku seperti merasa
sedih, dan banyak menyusahkan orang tuaku, dan ketika aku diberikan motor baru.
Dari awal di rumah pun aku sebenarnya sudah melihat Cuma belum peka merasakan,
bagaimana kedua orang tuaku berkorban untuk ku membuat aku bahagia selalu dan
sukses nantinya. Itulah yang aku pikirkan.
Aku seperti
membuat janji di hari itu, janji kepada diriku sendiri dan janji kepada Allah. Aku
akan mengalah, aku tidak akan egois lagi, aku akan melupakan atau menyampingkan
semua impian dan cita-citaku. Prioritas hidupku ialah kedua orang tuaku, ibu
dan bapakku. Asal kalian tau, kerjaanku sekarang ialah cita – cita dari ibu ku.
Dan di hari itu, aku berjanji akan menjadikan nyata terlebih dahulu cita – cita
ibu ku itu barulah cita – citaku kemudian. Dan yang aku hanya ingin ialah
melihat mereka bahagia. Kebahagiaan mereka adalah kebahagianku. Itulah kenapa
akhinya aku daftar seleksi tersebut.
Dan di hari itu juga aku tidak memiliki cita – cita lagi. Mungkin lebih tepatnya cita – citaku ialah menjadikan cita – cita ibu dan bapak ku nyata.
bersambung…..
Saya Bukan
Penulis
28.1.2020
A_F
Senin, 27 Januari 2020
[CAREER] Cerita Pekerjaanku, Untuk Pekerjaanku
CERITA PEKERJAANKU, UNTUK PEKERJAANKU
Aku tidak tau
apa yang harus diceritakan tentang pekerjaanku. Sebenarnya malah aku tidak
ingin menceritakan tentang pekerjaanku. Tapi entah kenapa aku malah membuat
tantangan di 2017 lalu, tetang membuat novel yang berjudul “Untuk Pekerjaanku”
yang ber isi tentang kerjaanku.
Entahlah harus
ku mulai dari mana, mungkin ini akan ku mulai dari alasanku dahulu kenapa akan
membuat Novel “Untuk Pekerjaanku”. Rencananya novel ini akan berisi tentang
cerita awal mulai aku kerja hingga aku kerja sekarang. Dan mungkin aku lebih
banyak bercerita tentang motivasi bekerja dibandingkan dengan curhat tentang
kerjaanku ini. Aku akan tetap bercerita tentang perjalanan kerjaku.
***
Dahulu, ketika
sekolah, kenapa aku milih SMK dibandingkan SMA, yang katanya lulus SMK itu bisa
langsung bekerja, itulah kenapa aku lebih memilih SMK. Tetapi kenyataannya,
ketika lulus SMK aku belum lah cukup dewasa untuk bekerja, dan hanyalah takut
yang aku rasakan, karena aku tidak pernah bekerja dan takut tidak bisa bekerja.
Akhirnya aku
melarikan diri ke pulau sebelah, untuk melanjutkan sekolah ku. Setahun ku belum
dewasa juga, mungkin itu fase perpintahan dari remaja ke dewasa. Tahun kedua
sudah mulai sedikit berpikir dewasa. Tahun ketiga di pulau orang, merantau,
jauh dari orang tua. Akhirnya ku bisa mulai menjadi dewasa. Dan menyadari, aku
di pulau sebelah bukan lah hanya saja untuk melanjutkan belajarku. Tapi lebih
ke menemukan/ membentuk jati diri. Memang sebagai pelarian diri. Tahun ke
empat, ketika tanggungjawab beban mewajibkan ku untuk bekerja, akhirnya ku
telah memantaskan diri akan bekerja. Lebih ke tanggungjawab ke orang tua yang
telah menyekolahkan selama ini, dan membiayai hidupku selama ini.
Panjang ceritanya
bagaimana ku hingga sekarang. 5 tahun bekerja, dari 2015 hingga 2020. Nanti akan
ku cerita di selanjutnya, perjalanan hingga aku berada di posisi ini.
bersambung....
bersambung....
Saya Bukan
Penulis
27.1.2020
A_F
Selasa, 21 Januari 2020
Satu Tahun Bersamamu
1
TAHUN BERSAMAMU
Selamat
Hari Jadi Perikahan Istriku
Alhamdulillah
kita melalui semua ini dengan Kebahagiaan.
Tiada
kata yang bisa ku ucapkan selain Alhamdulillah. Alhamdulillah Allah telah
memberikan Istri terbaik yaitu kamu sayang. Dan tiada kata yang bisa ku ucapkan
selain Trimakasih, Trimakasih Istriku.
Aku
ingin trawback kebelakang, sedikit cerita tentang perjalanan cerita cinta kita
selama setahun menikah. Nanti aku juga akan cerita perjalanan kita jumpa hingga
menikah. Tapi ini aku cerita tentang 1 tahun berumah tangga bersamamu.
Kita
dilahirkan berbeda, memiliki sifat yang beda, ego yang beda, dan pikiran yang
berbeda. Tapi aku selalu yakin, Allah menyatukan kita bukan hanya sekedar
menyamai semua itu, tapi untuk saling memahami, mengerti dan melengkapi perbedaan
semua itu.
Kata
orang, satu tahun pertama itu banyak cobaannya, yaaaa menurut kami bisa iya
bisa tidak sih. Dan aku bersyukur selama 1 tahun ini tidak pernah sama sekali
kita bertengkar hebat. Dari hari ke hari kita saling mengerti, saling memahami,
kita saling tau sama lain sifat baik dan buruknya kita. Dan menurutku sih cara
cepat untuk saling memahami, mengerti dan melengkapi iyalah berbicara. Aku dan Istriku,
kami sama – sama saling terbuka, tidak ada rahasia, saling berbicara, saling
bercerita. Apapun masalahnya saling bicara. Aku bisa bilang, untuk sifat dan
ego, kami sudah bisa dibilang sudah saling mengerti.
***
Menurutku
yang salah pada muda mudi yang baru menikah sekarang yang suka berantem ialah,
mereka tidak saling memahami dan pengertian. Seperti ku bilang diatas, mereka
mencoba menggabungkan dua otak menjadi satu. Dan untuk para semua, mestipun
kalian kepala rumah tangga, bukan berarti semua hal harus kalian yang atur dan
tentukan, tetap harus berdiskusi kepada istrimu. Dan apapun yang terjadi,
kalian harus mengalah terhadap istrimu untuk semua hal. Jangan takut dibilang
orang suami takut istri. Bukan takut istri, tapi kita jadi suami sayang istri. Yang
menaruk kebahagian Istri diatas kebahagiaan dirinya sendiri.
***
Untuk
awal pernikahan, mungkin selain cobaan ego, kedua ialah cobaan keuangan. Ya memang ada pepatah, Keuangan Pasangan Muda akan di coba/uji pada 5 tahun pertama pernikahan. Mungkin 2 atau 3 kali, kami pernah kekurangan uang di akhir
bulan. Tapi kami selalu percaya sama Rezeki Allah, dan Alhamdulillah, ada saja
pokoknya.
Untuk
para suami diluar sana juga, jangan pernah takut uang mu habis untuk Istri,
karena sedekah terbaik seorang suami ialah ke Istrinya, dan terdapat Rezeki
Istri di Rezeki Suami.
Satu
tahun ini, banyak juga aku belajar dari Istriku. Meskipun dia umurnya lebih
muda, tetapi sesungguhnya dia lebih dewasa dariku. Trimakasih Istriku.
Pokoknya
banyak yang tidak bisa diceritakan hanya bisa dirasakan saja. :)
21.1.2020
Saya Bukan Penulis
A_F